Iqra! Iqra! Iqra! Bacalah anakku walaupun engkau masih menginjak usia 3 bulan.
Membaca adalah jendelanya ilmu pengetahuan. Untuk melanglang buana di dunia tersebut , maka membacalah.
Proses yang paling mendasar dalam belajar mengajar adalah pengenalan. Pengenalan secara dini pada anak akan membuat si anak tadi maju selangkah kalau perlu beberapa loncatan dibanding dengan anak seusianya. Proses pengenalan tadi seyogyanya melibatkan kesemua alat inderawi yang telah dianugrahkan oleh Allaw SWT. Marilah kita optimalkan indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba anak-anak kita.
Bagaimana kita mengoptimalkan inderawi mereka? Dalam surah Al Baqarah, Allah SWT telah mengisyaratkan kepada kita bagaimana sepatutnya kita memberi pengajaran pada anak-anak kita. Ajarlah anak-anakmu sebagai mana Aku (Allah SWT) mendidik Nabi Adam AS. Pada hakikatnya Nabi Adam AS adalah orok besar yang terlahir di alam semesta ini. Beliau telah terlahir dalam keadaan sempurna (dewasa) tetapi tidak tahu apa-apa, seperti dengan anak kita yang terlahir di muka bumi ini.
Pengajaran yang pertama kali diberikan oleh Allah kepada Nabi Adam AS adalah pengenalan nama-nama benda yang ada di dalam surga. Beliau dipersilahkan berjalan-jalan di atas surga dimana saja belia mau, tetapi awalnya ia tak tahu sama sekali. Beliau telah melihat sesuatu yang biasa terbang ke sana kemari tetapi tak tahu bahwa itulah yang bernama burung. Telah mendengar gemericik air, tapi tak tahu bahwa itulah air.
Apa yang telah diberlakukan pada Nabi Adam AS, begitulah sepatutnya kita memperlakukan anak kita. Yaitu pengenalan secara dini semua apa yang bisa dilihat, didengar, dirasa dan diraba (dalam batas-batas dapat ditoleransi sesuai tingkat usia dan fisiknya).
Anak secara ilmiah telah dapat melihat pada usia 3 bulan dalam jarak 30 cm. Pada usia inilah yang terbaik bagi kita para orang tua uuntuk memberikan pengenalan dini terhadap indera penglihatannya. Di usia ini, kita dapat member pengenalan akan huruf hijaiyah, huruh romawi , angka ataupun aksara daerah kita masing-masing.
Dalam proses pengenalan di atas tidaklah muda . Diperlukan alat bantu, kesabaran dan krreativitas kita masing –masing sebagai orang tua. Alat bantu dapat kita buat dari kertas 'scotchlight' dengan warna yang bervariasi. Hal ini dapat memancing minat bayi kita. Lalu di atasnya bisa kita tuliskan berbagai jenis huruf ataupun angka yang akan kita perkenalkan secara dini pada anak kita. Penulisannya sebaiknya dalam ukuran yang cukup besar dengan menggunakan spidol dengan diameter yang besar pula. Hasil buatan kita tersebut lalu bungkuslah denghan plastik undangan yang dapat kita peroleh di toko-toko terdekat. Hal ini untuk mencegah agar tak robek dan masih dapat dipergunakan oleh adiknya jika Allah masih memberikan kita amanat anak (lih. Gambar)
Dan ketika anak kita telah menginjak usia duduk (±5 bln), proses pengenalan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu lain yang bisa kita buat sendiri. Adapun cara membuatnya seperti membuat kliping. Kita kumpulkan gambar-gambar yang ada di majalah-majalah bekas kita yang sudah tak terpakai. Lalu tempelkan pada karton ukuran A3 dengan warna yang bervariasi. Karton hasil kreasi kita tersebut kita selipkan ke dalam folder arsip plastik, sehingga tahan koyak dan tidak robek . Pengenalan dilakukan dengan penunjukan disertai pengucapan yang benar. Kita juga dapat membuat alat bantu lain berupa poster besar berisi berbagai huruf dan angka yang hendak kita perkenalkan secara dini. Alat bantu ini bisa kita buat dengan menggunakan komputer atau dengan tulis tangan menggunakan spidol ukuran besar (lih. Gambar).
Proses pengenal dapat kita lakukan sambil menggendong anak kita dalam posisi duduk dipangkuan kita.
Proses pengenal dapat kita lakukan sambil menggendong anak kita dalam posisi duduk dipangkuan kita.
Berilah pengenalan huruf atau angka satu persatu. Janganlah terburu-buru sesuaikan dengan kondisi balita kita. Setiap kali kita memperkenal harus diikuti dengan pengucapan yang benar. Proses ini tidaklah mudah diperlukan kesabaran dan ketekunan. Tapi sebagai orang tua yakinlah bahwa anak adalah bagaikan kertas putih, apapun yang kita torehkan di atasnya maka akan terekam di alam bawah sadar balita kita hingga menginjak usia deawasa. Pada akhirnya, anak-anak kita insya Allah jauh lebih cepat, jauh selangkah bahkan beberapa loncatan dibanding anak seusianya ketika memasuki bangku pendidikan formal . Amin